Nuryanto Gracia. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

GKI PAMANUKAN

Church Traveling saya minggu ini adalah ke GKI Pamanukan. Saya memulai perjalanan pada hari Sabtu, karena cukup jauh. Saya sampai di tempat pada hari Sabtu malam. Sesampainya di tempat saya disambut selayaknya anak sendiri oleh keluarga pendeta di sana. Sangat kekeluargaan sekali di sana.

Pada hari Minggu, saya mengikuti kebaktian di sana (memang itu lah tujuan saya datang ke tempat tersebut). Kebaktian di mulai dengan prosesi masuk pengkhotbah dengan penatua diiringi dengan lagu prosesi yang dinyanyikan oleh umat bersama dan umat berdiri. Apa makna prosesi dalam ibadah? Maknanya adalah menghayati proses perjalanan bersama umat Allah di dalam padang gurun kehidupan sama seperti Musa melakukan perjalanan bersama umat Allah di padang gurun. Setelah itu pengkhotbah mengucapkan votum "Kebaktian kita berlangsung dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus" kemudian umat membalas votum tersebut dengan menyanyikan "Amin, amin, amin." Apa maknanya Votum? Votum merupakan keyakinan bahwa tersebut berlangsung dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal ini mencerminkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Setelah itu pengkhotbah menyampaikan salam " Kasih karunia dan damai sejahtra Allah,Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara." Lalu umat membalasnya "Dan beserta Saudara juga". Bukankah dalam kehidupan sehari-hari salam itu juga penting?

Setelah itu Liturgos memberikan kata-kata pembuka yang mengantar umat masuk kepada tema pada Minggu itu yaitu "Bersikap dan Bertindak seperti Kristus". Liturgos mengutip Filipi 2:5-8 dalam kata-kata pembukanya. Kemudian Liturgos mengajak umat bernyanyi, setelah itu dilanjutkan dengan pengakuan dosa. Setelaha berdoa umat diajak untuk menghayati pengakuan dosanya dengan menyanyikan lagu "Tuhanku bila hati kawanku" KJ 467:1-3. GKI mempunyai buku khusus yang dipakai dalam ibadah yaitu NKB (Nyanyikanlah Kidung Baru) dan KJ (Kidung Jemaat) kadang juga PKJ (Pelengkap Kidung Jemaat). Setiap umat yang mengakui dosanya, Allah memberikan kepadanya berita Anugerah. Liturgos membacakan ayat yang menjadi berita Anugerah, umat yang menerima berita Anugerah tersebut menghayatinya dengan bangkit berdiri. Di dalam GKI, duduk dan berdiri dalam ibadah ada maknanya bukan agar semangat atau tidak semangat saja. Setelah itu umat diajak menyanyikan satu nyanyian lagi.

Selesai bernyanyi, pengkhotbah mengajak umat berdoa untuk mempersiapkan diri membaca dan merenungkan firman Tuhan. Pembacaan Alkitab terdiri dari 3 bahan bacaan dan 1 mazmur berbalasan. Ini yang disebut dengan leksionari.  Pembacaan ke-1 diambil dari Ulangan 19:1-2;9-21,pembacaan dilakukan oleh perwakilan umat yang disebut Lektor. Kemudian umat diajak untuk mengucapkan Mazmur secara berbalasan. Mazmur diambil dari 119:33-40. Kebaktian yang indah adalah ketika seluruh umat ikut terlibat di dalamnya, bukan hanya menonton saja. Pembacaan ke-2 diambil dari I Kor 3:10-11;16-23 , masih dibacakan oleh lektor. Setiap pembacaan berakhir, lektor selalu mengucapkan "Demikianlah sabda Tuhan" lalu umat membalas "syukur kepada Allah". Pembacaan ke-3 diambil dari Mat 5: 38 -48. Untuk pembacaan Injil yang membacanya adalah pengkhotbah, selama pembacaan Injil umat berdiri sebagai wujud umat menerima Injil Kristus. Pembacaan diakhiri dengan pengkhotbah mengucapkan "Demikianlah Injil Yesus Kristus, Berbahagialah mereka yang
mendengarkan Firman Tuhan dan memeliharanya,haleluya" lalu umat membalasnya dengan menyanyikan "Haleluya, haleluya, haleluya."


Pengkhotbah memulai khotbahnya dengan menunjukkan botol yang berisi air dan minya sayur di dalamnya. Pengkhotbah mengilustrasikan minyak dan air tersebut sebagai kehidupan umat Kristen yang munafik. Seakan memiliki kepribadian ganda yang  tidak bisa menyatu. Di gereja saleh di luar gereja berbeda. Pengkhotbah memberikan contoh dari kasus cerita yang melatarbelakangi lahirnya gelang WWJD (What Would Jesus Do). Kemudian pengkhotbah mengajak umat untuk fokus kembali ke botol yang berisi air dan minyak tersebut. Umat Kristen seringkali menganggap, bahwa sama seperti air dan minyak tidak dapat bersatu maka wajar jika kepribadian umat di gereja dan di luar gereja juga tidak dapat bersatu/berbeda. Namun ada yang belum diketahui oleh umat, menurut pengkhotbah ada cara untuk menyatukan minyak dengan air, salah satunya yaitu putih telur. Pengkhotbah mempraktekkannya dengan memasukkan putih telur ke dalam botol tersebut lalu mengocoknya. Ternyata memang air dan minyak bisa bersatu, hal itu yang disebut emulsi. Pengkhotbah mengatakan bahwa air dan minyak dapat bersatu dengan putih telur, maka agar kehidupan umat Kristen tidak lagi munafik maka umat Kristen harus memasukkan dan melibatkan Kristus dalam seluruh kehidupan-Nya. Kristus menjadi dasar kehidupan mereka, seperti yang dikatakan dalam 1 Kor 3 dan Filipi 2. Bagaimana caranya? Dengan bersikap dan bertindak seperti Kristus. Bagaimana caranya? Sebelum melakukan sesuatu pikirkanlah apa yang akan Yesus lakukan jika Yesus dalam posisi kita (What Would Jesus Do). Bagaimana kita tahu apa yang akan Yesus lakukan? Tidak ada cara lain selain membaca Alkitab, rindu untuk terus merenungi Firman Tuhan seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 119:33-40.

Pengkhotbah memberikan beberapa contoh, ketika ada orang yang bersala/ berbuat sesuatu yang memalukan apa yang akan kita lakukan? Jika Yesus dalam posisi kita apa yang akan Yesus lakukan? Jelas Yesus tidak akan menceritakan kejelekan orang tersebut, Yesus akan mengajaknya berbicara empat mata. Jika masih belum bisa, ajak 1 atau 2 teman untuk ikut membantu, jika masih belum bisa ajak jemaat untuk ikut membantu. Jadi tidak main hakim sendiri. Jika kita mempunyai musuh apakah kita wajar jika membencinya? Jika Yesus dalam posisi kita, apa yang akan dilakukkannya? Pada zaman Yesus hidup membenci musuh dan mengasihi sesama adalah hal yang wajar. Apabila dipukul mata, balas kembali memukul di mata adalah yang wajar dan adil. Tapi Kristus justru mengajak untuk tidak membalas bahkan mengasihi orang yang merupakan musuh kita. Jadi jika Yesus dalam posisi kita pasti dia akan mengasihi musuh.

Pengkhotbah memberikan beberapa contoh yang lainnya sampai pada contoh yang terakhir yaitu jika Yesus dalam posisi kita sebagai orang tua apakah Yesus akan menghormati anaknya? Jelas Yesus sangat menghargai anak kecil juga. Pengkhotbah bercerita tentang seorang ibu yang mengajak anaknya naik sepeda. Lalu sang ibu bertanya kepada anaknya " nak, apakah kamu senang naik sepeda bareng ibu?" si anak menjawab "senang bu", pertanyaan itu setidaknya diulang sebanyak 4 kali. Pengkhotbah tersebut membayangkan seandainya orang tua bertanya kepada anaknya "nak, apakah kamu senang hidup bersama mama/papa?"  Siapa tahu selama ini anak-anak kita ada yang tidak nyaman hidup dengan kita atau sudah siap-siap untuk kabur dari rumah. Dengan bertanya seperti itu kita belajar rendah hati mendengarkan pendapat anak.  Khotbah ditutup dengan pertanyaan dari pengkhotbah "Renungkanlah, apabila Yesus dalam posisi kita sekarang, apakah pulang dari kebaktian ini Dia akan melupakan khotbah yang baru saja didengar atau melakukan khotbah tersebut?Amin".

Khotbah selesai, setelah saat hening sejenak, umat diajak untuk berdiri mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli secara bersama. Setelah itu umat duduk kembali dan berdoa syafaat. Setelah berdoa, umat diajak untuk mengucapkan syukur atas pemeliharaan Allah dengan memberikan persembahan, yang diiringi dengan menyanyikan lagu.

Setelah semua umat memberikan persembahan, umat diajak untuk berdiri membawa persembahannya kepada Allah dalam doa. Selesai doa persembahan umat menyanyikan lagu pengutusan. Setelah itu pengkhotbah mengucapkan demikian:
Pengkhotbah : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan
  Umat: kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan
Pengkhotbah: Jadilah saksi Kristus
  Umat: syukur kepada Allah
  Pengkhotbah: Terpujilah Tuhan
Umat: Kini dan selamanya


Setelah itu, pengkhotbah memohonkan berkat kepada Tuhan. Ibadah selesai, pendeta keluar dan bersalam-salaman dengan umat. Selesai bersalam-salaman saya mendengar seorang penatua berkata kepada pengkhotbah "Saya menunggu-nunggu klimaks Anda tadi, tapi ga ada. Coba tadi klimaksnya itu Anda mengatakan seandainya suami bertanya kepada istrinya dan istri berkata kepada suaminya apakah kamu senang hidup dengan ku? Wah itu mantep banget." Pengkhotbah tersebut dengan rendah hati menjawab "Wah, trimkasaih atas masukkannya. Saya tidak berpikir untuk berbicara ke sana. Karena yang saya pikirkan hanya masalah anak dengan orangtuannya. Saya luput dari masalah yang bapak sebutkan tadi. Sekali lagi terimakasih."



Waw...betapa indahnya, jika semua pendeta dan umat mau saling belajar dan mendengarkan masukkan, pasti gereja tersebut akan dipenuhi dengan orang-orang yang rendah hati. Bukankah demikian?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar