Nuryanto Gracia. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

GYS Samanhudi (PPM)


Tanggal 8 Mei saya melakukan Church Traveling ke gereja yang saya pernah datangi sebelumnya. Ini pengalaman unik bagi saya, baru kali ini saya melakukan church traveling dua kali ke tempat yang sama. Sesungguhnya saya tidak berencana untuk datang kembali ke gereja tersebut, namun karena kekerabatan dari pemuda di tempat tersebut lah yang membuat saya datang kembali. Sungguh keramahan yang layak untuk diapresiasi. 

Saya diundang kembali oleh pemuda Gereja Yesus Sejati (GYS) Samanhudi untuk ibadah bersama kembali di tempat tersebut. Ketika saya baru sampai di tempat tersebut, saya disambut dengan hangat dan dikenalkan dengan beberapa anggota Persekutuan Pemuda Masyarakat (PPM). Yah PPM,saya cukup kaget, saya kira saya akan ibadah di persekutuan pemuda mahasiswa ternyata saya diajak ke PPM. PPM adalah persekutuan khusus untuk pemuda yang dalam usia kerja.

Sebelum persekutuan dimulai, saya berbincang-bincang sejenak dengan beberapa pemuda. Lagi asyik berbincang-bincang, lonceng kecil dibunyikan, masih ingat kan itu tandanya apa? Yah benar, itu tanda bahwa ibadah akan dimulai.

MC mulai mengajak umat untuk berdoa terlebih dahulu. Namun saya cukup aneh awalnya, karena MC mengajak berdoa namun dia hanya berdiam diri saja, lalu tiba-tiba amin. Bukan cuma sekali tapi beberapa kali berdoa MCnya selalu begitu. Saya berusaha untuk menebak, mungkinkah ini adalah keunikan dari GYS? Ah daripada nebak-nebak, saya memutuskan untuk bertanya saja nanti setelah selesai ibadah. MC juga mengajak umat untuk menyanyikan beberapa lagu. Ada yang saya kagumi ketika MC mengajak umat untuk bernyanyi dari Kidung Rohani, yaitu semua bait dinyanyikan. Ketika saya belajar tentang liturgi, memang yang baik nyanyian jemaat itu harus dinyanyikan semua bait agar lebih menghayati pesan dari lagu tersebut. Oh iya, sama seperti yang telah saya tuliskan pada tulisan saya yang sebelumnya tentang GYS bahwa yang unik dari GYS adalah sebelum melakukan apapun selalu mengucapkan “di dalam nama Yesus”, pada saat PPM pun MC juga mengucapkan “dalam nama Yesus” sebelum melakukan apapun. 

Setelah selesai MC memimpin puji-pujian. Pendeta masuk untuk persiapan firman. Sebelum pemberitaan firman dimulai, pendeta mengajak umat untuk menyanyikan satu lagu. Selesai bernyanyi, umat berlutut untuk berdoa dalam bahasa roh. Sebelumnya pendeta mengucapkan “di dalam nama Yesus.” Semuanya bersama-sama berdoa dalam bahasa roh. Ketika lonceng kecil dibunyikan oleh pendeta, semuanya berhenti berdoa lalu berdiri. Pemberitaan firman pun dimulai.

Pendeta mengatakan bahwa dari sekian banyak umat kristen di dunia, hanya sedikit yang masih memegang teguh perintah Allah untuk menguduskan hari sabat. Salah satunya adalah GYS. Pendeta bertanya kepada umat, mengapa GYS masih memegang teguh hari sabat? Pendeta menegaskan, jangan sampai kita cuma bisa bilang “yah udah dari sananya.” Pendeta mengajak kepada umat untuk bisa bertanggungjawab terhadap iman yang dipegangnya. Jika hanya berkata “yah pokoknya saya percaya” maka itu hanya akan jadi debat kusir nantinya, terutama mengenai hari sabat. 

Pendeta mengatakan bahwa di kalangan protestan, tidak lagi menguduskan hari sabat karena merujuk dari Kolose 2:14-17. Begini bunyinya:

14  dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
15  Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
16  Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
17  semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Pendeta bertanya kembali, apakah ini artinya memang perintah untuk menguduskan hari sabat telah dihapuskan?

Pendeta mengajak umat untuk membaca Kisah Para Rasul 13:14; 16:13; 17:2. Di sana ditunjukkan bahwa Paulus sangat taat menjalani hari sabat. Jadi tidak logis jika Paulus menjalankannya tapi dia sendiri yang membatalkannya. 

Pendeta menegaskan bahwa kita perlu mengetahui, taurat yang dimaksud oleh Paulus dalam Kol 2:14-17 itu apa. Pendeta menjelaskan bahwa Taurat terdapat 3 bagian (Ulangan 4:13-14) :
  1. 10 Perintah (yang ditulis langsung oleh Tuhan)
  2. Ketetapan (tata cara ibadah) : hari raya (Imamat 23: Paska, Roti Tidak beragi, Buah Sulung, Pentakosta, Serunai, Pendamaian, dan Pondok Daun
  3. Peraturan (Kekudusan): mengenai makanan dan minuman halal/haram (Imamat 11)

Yang dimaksud oleh Paulus sebagai bayangan Kristus adalah bagian 2 dan 3. Hari-hari raya tersebut merupakan bayangan Kristus. 

Paska = Yesus anak domba
Roti tidak beragi = Yesus tidak berdosa
Buah sulung = Yesus bangkit
Pentakosta = turunnya Roh Kudus
Serunai = Pengabaran Injil oleh Petrus
Pendamaian = Penebusan
Pondok daun = umat Allah
Jadi yang dimaksud oleh Paulus taurat yang dipakukan/dihapuskan adalah bagian 2 dan 3
Hari sabat sendiri terdiri dari dua ragam yaitu:
1.       Sabat mingguan (Im 23:3)
2.       Hari raya sabat (Im 25:3-4, 19:30)

Jadi yang dimaksud Paulus sabat yang dipakukan adalah hari raya sabat, bukan sabat mingguan. Karena dalam Mat 5:17-19 Yesus menyatakan bahwa kedatangan Kristus bukan untuk meniadakan satu iota pun dari hukum taurat. Taurat yang dimaksud adalah 10 perintah Allah, karena itu dituliskan langsung oleh Allah. Dalam 10 perintah Allah ada perintah untuk menguduskan hari sabat (sabat mingguan) itulah alasan GYS masih memegang teguh hari sabat mingguan. 

Sabat itu diciptakan oleh Allah karena merupakan hal yang penting. Tubuh manusia dan benda yang ada di dunia ada batasnya. Sabat bertujuan agar manusia dan alam beristirahat untuk memulihkan diri sehingga bisa lebih optimal dalam berkarya.

Selesai khotbah, pendeta mengajak umat untuk bernyanyi. Selesai bernyanyi, umat diajak untuk berlutut dan berdoa bahasa roh di dalam nama Yesus. Doa selesai setelah lonceng kecil dibunyikan.
Selesai persekutuan, saya diajak untuk ramah tamah (makan-makan gitu deh, tapi saya tidak terlalu sempat makan banyak karena saya asyik diskusi). Saya banyak berbincang-bincang dengan beberapa pemuda. Dari bincang itu lah saya tahu bahwa MC berdiam ketika berdoa itu bukanlah suatu keharusan. MC yang pemalu, bisa berdoa dalam hati. Tapi ada juga yang berdoanya terdengar.

Saya juga berbincang-bincang dengan bapak pendeta. Saya bertanya apakah di GYS teologi diterima. Pendeta mengatakan gereja tanpa teologi bisa ngaco pengajarannya. Pendeta bisa seenaknya sendiri menafsirkan ayat. Bagi bapak pendeta “jangan baca Alkitab hanya pada pemikiran konteks masa kini, tapi mula-mula baca Alkitab sesuai konteks zamannya”.  Pendeta juga ketika menjelaskan banyak hal selalu melihat ke sejarah gereja. Yah begitulah memang seharusnya. Apa yang ada pada masa kini pasti ada sejarahnya. Tidak begitu saja ada. Cukup panjang bincang-bincang tersebut sampai tidak terasa waktu sudah berlalu begitu lama. Saya berniat untuk pulang. Kali ini saya diantar kembali sampai motor saya. Sampai sana pun saya masih diajak untuk berdiskusi. Bertukar info pribadi (nomor HP, email). Bahkan ada yang bertukar pendapat tentang alasan saya melakukan Church Traveling. Memang pemuda GYS adalah pemuda yang senang untuk terus belajar. Teruslah belajar agar semakin mampu hidup bijak bersama Tuhan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar