Nuryanto Gracia. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

GKI PAMANUKAN

Church Traveling saya minggu ini adalah ke GKI Pamanukan. Saya memulai perjalanan pada hari Sabtu, karena cukup jauh. Saya sampai di tempat pada hari Sabtu malam. Sesampainya di tempat saya disambut selayaknya anak sendiri oleh keluarga pendeta di sana. Sangat kekeluargaan sekali di sana.

Pada hari Minggu, saya mengikuti kebaktian di sana (memang itu lah tujuan saya datang ke tempat tersebut). Kebaktian di mulai dengan prosesi masuk pengkhotbah dengan penatua diiringi dengan lagu prosesi yang dinyanyikan oleh umat bersama dan umat berdiri. Apa makna prosesi dalam ibadah? Maknanya adalah menghayati proses perjalanan bersama umat Allah di dalam padang gurun kehidupan sama seperti Musa melakukan perjalanan bersama umat Allah di padang gurun. Setelah itu pengkhotbah mengucapkan votum "Kebaktian kita berlangsung dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus" kemudian umat membalas votum tersebut dengan menyanyikan "Amin, amin, amin." Apa maknanya Votum? Votum merupakan keyakinan bahwa tersebut berlangsung dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal ini mencerminkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Setelah itu pengkhotbah menyampaikan salam " Kasih karunia dan damai sejahtra Allah,Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara." Lalu umat membalasnya "Dan beserta Saudara juga". Bukankah dalam kehidupan sehari-hari salam itu juga penting?

Setelah itu Liturgos memberikan kata-kata pembuka yang mengantar umat masuk kepada tema pada Minggu itu yaitu "Bersikap dan Bertindak seperti Kristus". Liturgos mengutip Filipi 2:5-8 dalam kata-kata pembukanya. Kemudian Liturgos mengajak umat bernyanyi, setelah itu dilanjutkan dengan pengakuan dosa. Setelaha berdoa umat diajak untuk menghayati pengakuan dosanya dengan menyanyikan lagu "Tuhanku bila hati kawanku" KJ 467:1-3. GKI mempunyai buku khusus yang dipakai dalam ibadah yaitu NKB (Nyanyikanlah Kidung Baru) dan KJ (Kidung Jemaat) kadang juga PKJ (Pelengkap Kidung Jemaat). Setiap umat yang mengakui dosanya, Allah memberikan kepadanya berita Anugerah. Liturgos membacakan ayat yang menjadi berita Anugerah, umat yang menerima berita Anugerah tersebut menghayatinya dengan bangkit berdiri. Di dalam GKI, duduk dan berdiri dalam ibadah ada maknanya bukan agar semangat atau tidak semangat saja. Setelah itu umat diajak menyanyikan satu nyanyian lagi.

Selesai bernyanyi, pengkhotbah mengajak umat berdoa untuk mempersiapkan diri membaca dan merenungkan firman Tuhan. Pembacaan Alkitab terdiri dari 3 bahan bacaan dan 1 mazmur berbalasan. Ini yang disebut dengan leksionari.  Pembacaan ke-1 diambil dari Ulangan 19:1-2;9-21,pembacaan dilakukan oleh perwakilan umat yang disebut Lektor. Kemudian umat diajak untuk mengucapkan Mazmur secara berbalasan. Mazmur diambil dari 119:33-40. Kebaktian yang indah adalah ketika seluruh umat ikut terlibat di dalamnya, bukan hanya menonton saja. Pembacaan ke-2 diambil dari I Kor 3:10-11;16-23 , masih dibacakan oleh lektor. Setiap pembacaan berakhir, lektor selalu mengucapkan "Demikianlah sabda Tuhan" lalu umat membalas "syukur kepada Allah". Pembacaan ke-3 diambil dari Mat 5: 38 -48. Untuk pembacaan Injil yang membacanya adalah pengkhotbah, selama pembacaan Injil umat berdiri sebagai wujud umat menerima Injil Kristus. Pembacaan diakhiri dengan pengkhotbah mengucapkan "Demikianlah Injil Yesus Kristus, Berbahagialah mereka yang
mendengarkan Firman Tuhan dan memeliharanya,haleluya" lalu umat membalasnya dengan menyanyikan "Haleluya, haleluya, haleluya."


Pengkhotbah memulai khotbahnya dengan menunjukkan botol yang berisi air dan minya sayur di dalamnya. Pengkhotbah mengilustrasikan minyak dan air tersebut sebagai kehidupan umat Kristen yang munafik. Seakan memiliki kepribadian ganda yang  tidak bisa menyatu. Di gereja saleh di luar gereja berbeda. Pengkhotbah memberikan contoh dari kasus cerita yang melatarbelakangi lahirnya gelang WWJD (What Would Jesus Do). Kemudian pengkhotbah mengajak umat untuk fokus kembali ke botol yang berisi air dan minyak tersebut. Umat Kristen seringkali menganggap, bahwa sama seperti air dan minyak tidak dapat bersatu maka wajar jika kepribadian umat di gereja dan di luar gereja juga tidak dapat bersatu/berbeda. Namun ada yang belum diketahui oleh umat, menurut pengkhotbah ada cara untuk menyatukan minyak dengan air, salah satunya yaitu putih telur. Pengkhotbah mempraktekkannya dengan memasukkan putih telur ke dalam botol tersebut lalu mengocoknya. Ternyata memang air dan minyak bisa bersatu, hal itu yang disebut emulsi. Pengkhotbah mengatakan bahwa air dan minyak dapat bersatu dengan putih telur, maka agar kehidupan umat Kristen tidak lagi munafik maka umat Kristen harus memasukkan dan melibatkan Kristus dalam seluruh kehidupan-Nya. Kristus menjadi dasar kehidupan mereka, seperti yang dikatakan dalam 1 Kor 3 dan Filipi 2. Bagaimana caranya? Dengan bersikap dan bertindak seperti Kristus. Bagaimana caranya? Sebelum melakukan sesuatu pikirkanlah apa yang akan Yesus lakukan jika Yesus dalam posisi kita (What Would Jesus Do). Bagaimana kita tahu apa yang akan Yesus lakukan? Tidak ada cara lain selain membaca Alkitab, rindu untuk terus merenungi Firman Tuhan seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 119:33-40.

Pengkhotbah memberikan beberapa contoh, ketika ada orang yang bersala/ berbuat sesuatu yang memalukan apa yang akan kita lakukan? Jika Yesus dalam posisi kita apa yang akan Yesus lakukan? Jelas Yesus tidak akan menceritakan kejelekan orang tersebut, Yesus akan mengajaknya berbicara empat mata. Jika masih belum bisa, ajak 1 atau 2 teman untuk ikut membantu, jika masih belum bisa ajak jemaat untuk ikut membantu. Jadi tidak main hakim sendiri. Jika kita mempunyai musuh apakah kita wajar jika membencinya? Jika Yesus dalam posisi kita, apa yang akan dilakukkannya? Pada zaman Yesus hidup membenci musuh dan mengasihi sesama adalah hal yang wajar. Apabila dipukul mata, balas kembali memukul di mata adalah yang wajar dan adil. Tapi Kristus justru mengajak untuk tidak membalas bahkan mengasihi orang yang merupakan musuh kita. Jadi jika Yesus dalam posisi kita pasti dia akan mengasihi musuh.

Pengkhotbah memberikan beberapa contoh yang lainnya sampai pada contoh yang terakhir yaitu jika Yesus dalam posisi kita sebagai orang tua apakah Yesus akan menghormati anaknya? Jelas Yesus sangat menghargai anak kecil juga. Pengkhotbah bercerita tentang seorang ibu yang mengajak anaknya naik sepeda. Lalu sang ibu bertanya kepada anaknya " nak, apakah kamu senang naik sepeda bareng ibu?" si anak menjawab "senang bu", pertanyaan itu setidaknya diulang sebanyak 4 kali. Pengkhotbah tersebut membayangkan seandainya orang tua bertanya kepada anaknya "nak, apakah kamu senang hidup bersama mama/papa?"  Siapa tahu selama ini anak-anak kita ada yang tidak nyaman hidup dengan kita atau sudah siap-siap untuk kabur dari rumah. Dengan bertanya seperti itu kita belajar rendah hati mendengarkan pendapat anak.  Khotbah ditutup dengan pertanyaan dari pengkhotbah "Renungkanlah, apabila Yesus dalam posisi kita sekarang, apakah pulang dari kebaktian ini Dia akan melupakan khotbah yang baru saja didengar atau melakukan khotbah tersebut?Amin".

Khotbah selesai, setelah saat hening sejenak, umat diajak untuk berdiri mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli secara bersama. Setelah itu umat duduk kembali dan berdoa syafaat. Setelah berdoa, umat diajak untuk mengucapkan syukur atas pemeliharaan Allah dengan memberikan persembahan, yang diiringi dengan menyanyikan lagu.

Setelah semua umat memberikan persembahan, umat diajak untuk berdiri membawa persembahannya kepada Allah dalam doa. Selesai doa persembahan umat menyanyikan lagu pengutusan. Setelah itu pengkhotbah mengucapkan demikian:
Pengkhotbah : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan
  Umat: kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan
Pengkhotbah: Jadilah saksi Kristus
  Umat: syukur kepada Allah
  Pengkhotbah: Terpujilah Tuhan
Umat: Kini dan selamanya


Setelah itu, pengkhotbah memohonkan berkat kepada Tuhan. Ibadah selesai, pendeta keluar dan bersalam-salaman dengan umat. Selesai bersalam-salaman saya mendengar seorang penatua berkata kepada pengkhotbah "Saya menunggu-nunggu klimaks Anda tadi, tapi ga ada. Coba tadi klimaksnya itu Anda mengatakan seandainya suami bertanya kepada istrinya dan istri berkata kepada suaminya apakah kamu senang hidup dengan ku? Wah itu mantep banget." Pengkhotbah tersebut dengan rendah hati menjawab "Wah, trimkasaih atas masukkannya. Saya tidak berpikir untuk berbicara ke sana. Karena yang saya pikirkan hanya masalah anak dengan orangtuannya. Saya luput dari masalah yang bapak sebutkan tadi. Sekali lagi terimakasih."



Waw...betapa indahnya, jika semua pendeta dan umat mau saling belajar dan mendengarkan masukkan, pasti gereja tersebut akan dipenuhi dengan orang-orang yang rendah hati. Bukankah demikian?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GYS SAMANHUDI


Hari ini, 13 Pebruari 2011, saya melakukan Church Traveling ke GYS (Gereja Yesus Sejati) Samanhudi, Pasar Baru. Saya rencananya mengikuti kebaktian pemuda jam 11.00, namun saya datang lebih cepat dari jam 11.00. Saya sampai di gereja jam 10.30. Pertama kali saya menginjakkan kaki di gereja, saya tidak kenal dengan satu orang pun di tempat itu. Saya juga tidak tahu kebaktian pemuda ada di lantai berapa. Dengan memberanikan diri saya bertanya kepada salah satu umat yang ada di pintu depan gereja, tempat kebaktian pemuda.
Orang itu tidak hanya menunjukkan saya tempat kebaktian pemuda akan berlangsung namun juga mengenalkan saya dengan pemuda di sana. Dia juga mengenalkan saya dengan seorang mahasiswa teologi dari STT Kanaan yang sedang masa praktek di sana. Akhirnya saya lebih banyak berbincang-bincang dengannya.
Dia menceritakan bahwa di GYS ibadahnya masih berfokus pada hari Sabat. GYS berkeyakinan bahwa Yesus sendiri tidak pernah meniadakan tentang hari sabat karena maksud kedatangan-Nya bukan untuk meniadakan hukum taurat melainkan untuk menggenapkannya. Pada hari Sabtu kebaktian diadakan mulai dari matahari terbenam pada hari jumaat sampai pada matahari akan tenggelam kembali pada hari Sabtunya. Sedangkan kebaktian hari Minggu sifatnya hanya tambahan saja. Tak terasa setengah jam berlalu, jika bel kecil tanda ibadah akan di mulai tidak dibunyikan mungkin kami tidak akan menyudahi perbincangan kami.
Bel kecil, yang dapat digenggam dengan tangan, dibunyikan tanda kebaktian akan dimulai. Setelah bel dibunyikan umat berkumpul membentuk lingkaran. Hari ini format duduknya adalah lingkaran dengan bantal sebagai alasnya. Kebaktian dimulai dengan menyanyikan satu nyanyian dari buku khusus milik GYS yaitu Kidung Rohani. Buku tersebut hampir sama dengan buku Kidung Jemaat milik GKI bedanya hanya di liriknya saja. GYS mengubah liriknya sendiri tapi mereka membayar royalti kepada yang berhak.
Setelah bernyanyi satu lagu MC, yang dipimpin oleh dua orang, mengajak umat untuk berdoa. Selesai berdoa, umat diajak untuk bernyanyi kembali satu lagu kontemporer, lagu di luar buku Kidung Rohani. Sambil bernyanyi MC mengajak umat mengikuti gayanya yaitu melakukan gerakan tangan yang cepat yang memerlukan konsentrasi tinggi, jika sampai salah akan dihukum. Ada dua orang yang salah sehingga harus dihukum. Hukumannya adalah menyanyikan lagu potong bebek angsa namun dengan gaya gorila. Acara tersebut membuat kami terasa begitu dekat sekali. Satu hal yang menarik yang saya lihat di sana adalah para pemuda di sana tidak ada yang ogah-ogahan mengikuti setiap gerakan Mcnya, bahkan ketika dihukum pun mereka tetap semangat. Bahkan seluruh rangkaian ibadah juga diikuti dengan semangat. Hem..apa yang membuat mereka begitu semangat? Menarik...
Setelah nyanyi dan gerak selesai, umat diajak untuk menyanyikan satu lagu dari Kidung Rohani. Selesai bernyanyi, umat diberi kesempatan untuk bersaksi atau berbagi tentang hal apapun. Yang menarik adalah, sebelum mereka memulai kesaksian mereka, mereka selalu memulainya dengan mengucapkan “di dalam nama Yesus saya bersaksi”. Sebenarnya bukan hanya ketika mau bersaksi saja mereka mengucapkan kata-kata tersebut, saya baru menyadari belakangan bahwa sebelum melakukan kegiatan apapun mereka selalu mengucapkan “di dalam nama Yesus” sama seperti umat Islam sebelum melakukan apapu selalu mengucapkan “Bismillah” yang artinya “di dalam nama Allah” atau seperti umat Yahudi “Besyem Adonai” yang artinya “di dalam nama Tuhan”.
Setiap beberapa orang selesai bersaksi, MC mengajak umat bernyanyi , setelah itu dilanjutkan kesaksian lagi. Banyak hal yang saya pelajari dari setiap kesaksian mereka. Setelah selesai kesaksian, MC mengajak umat untuk bermain “sambung kalimat”. Permainan ini cukup membuat umat tertawa, karena yang awalnya cerita dimaksudkan agar terarah tiba-tiba melenceng ke mana-mana. Dari cerita hutan Afrika bisa jadi cerita tentang monyet yang bermesraan di bagasi pesawat. Mulai dari Cooking Master Chef sampai Chef yang tidak bisa masak sehingga harus belajar masak (masa udah Master masih tidak bisa masak?haha). Mulai dari pedang pembunuh naga sampai masakan naga tulang lunak. Dari cerita bajak laut sampai hiu tulang lunak. Lucu deh pokoknya...
Setelah selesai bermain umat diajak untuk berdoa bersama. Kami diajak untuk berlutut di atas bantal yang awalnya saya kira hanya untuk dijadikan alas duduk. Lalu doa pun dimulai. Mereka berdoa dengan bahasa yang saya sendiri tidak tahu mereka berbahasa apa. Ternyata mereka sedang berbahasa roh. Suara nyaring mereka memenuhi ruangan tersebut. Doa tersebut selesai ketika MC membunyikan lonceng kecil yang tadi dipakai sebagai tanda ibadah dimulai, sekarang dipakai sebagai tanda doa telah selesai. Selesai doa, ibadah pun selesai, lalu dilanjutkan dengan ramah tamah. Makanan kecil telah disediakan. Oh iya, umat dipersilahkan jika mau memberikan persembahan dapat memasukkannya persembahannya di kotak yang ada di belakang. Loh, saya mulai bertanya mengapa kantong persembahan tidak diedarkan?
Saya baru tahu, ternyata mereka memahami bahwa persembahan itu urusan manusia dengan Tuhan, jadi seharusnya tidak perlu ada yang tahu. Selain itu, jika persembahan diedarkan mungkin ada yang awalnya tidak niat untuk memberikan persembahan jadi memberikan persembahan, mungkin karena malu atau terpaksa. Lalu mengapa hari ini tidak ada khotbah? Sekali lagi, karena ibadah hari Minggu sifatnya tambahan. Oh iya, doa yang dengan berbahasa roh itu dilakukan di setiap kebaktian, baik kebaktian anak, pemuda maupun umum. Sebelum menutup kebaktian, umat diajak untuk berlutut dan berdoa bersama.
Selesai ramah tamah pun saya berniat untuk pulang. Namun kehangatan di sana ternyata belum habis, saya dihantarkan sampai ke motor saya dan masih diajak ngobrol, lalu ditanya nomor hp saya. Mau merasakan kehangatan di tempat tersebut? Rasakan saja sendiri di Gereja Yesus Sejati Samanhudi, Pasar Baru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GBI REM CITRALAND

Hari ini, tepatnya tanggal 6 Februari 2011, saya memulai Church Traveling. Perjalanan pertama saya dimulai dari gereja yang tidak begitu jauh dari tempat saya tinggal yaitu GBI REM Mall Citraland. Saya tidak tahu jadwal kebaktian di tempat tersebut, jadi saya datang terlambat.

Sesampainya saya di gereja tersebut, MC telah mengajak umat untuk memberikan persembahan. Setelah itu dilanjutkan dengan Khotbah yang dipimpin oleh Pdt. Feba Affan (nama ini saya ketahui dari papan di luar gereja). Pendeta tersebut memulai khotbahnya dengan mengajak umat untuk berdoa terlebih dahulu.

Selesai berdoa, pendeta memulai khotbahnya. Khotbah tersebut dimulai dengan kesaksian pribadinya tentang kesibukannya mengikuti acara 25 tahun suaminya sebagai TNI. Dia bercerita bahwa di acara tersebut teman-teman suaminya mengenalinya sebagai pendeta yang sering khotbah di TPI. Dia bersyukur bahwa teman-teman suaminya, yang kebanyakan Haji dan Hajah, hafal beberapa ayat Alkitab. Dia juga bercerita hal-hal yang lain di acara tersebut. Kemudian dia mengajak umat untuk membaca Yesaya 45: 5-8, yang pada pembicaraan selanjutnya ayat 1-3 juga dibaca. Kemudian Yesaya 44: 6-8 dan juga ayat 3.Yesaya 60:1-7 dan ayat 18-22 juga dibahas.

Isi ringkasan khotbahnya adalah sebagai berikut:
Pendeta tersebut sesungguhnya berbicara dua hal yang mendasar dalam hidup umat Kristen, yaitu:
1. Misi (penginjilan). Pembahasannya mengenai hal ini berangkat dari kesaksiannya mengenai teman suaminya yang mengatakan kepada suaminya dan juga teman-teman seangkatan suaminya bahwa dia telah melihat Yesus. Orang-orang tidak percaya, tidak mungkin umat agama lain bisa melihat Yesus, jika umat Kristen yang melihat Yesus mungkin saja. Kemudian orang itu mendekati suaminya dan berkata bahwa jangan sekali-kali menyakiti istrinya (maksudnya adalah sang pendeta tersebut) karena istrinya dilindungi oleh kuasa yang besar.  Pendeta itu mengatakan, itu adalah kuasa Yesus yang telah mendengar doa-doanya. Kuasa Yesus besar. Setiap kali mengatakan tentang kebesaran Yesus, sang pendeta selalu mengajak umat untuk bertepuk tangan. Pendeta mengatakan bahwa yang seharusnya menjadi fokus dalam hidup kita bukanlah kekayaan, keluarga atau bisnis, walaupun memang itu semua penting. yang harus jadi fokus adalah Tuhan. Oleh karena itu kita harus menjadi saksi Tuhan dalam memberitakan Injil. Pendeta bercerita ketika dia berada di Sydney pada tahun baru, dia melihat dari atas apartemen banyak sekali orang berkumpul untuk melihat kembang api. Dia membayangkan, apabila tiba-tiba kembang api tersebut Tuhan bentuk menjadi tulisan "Bertobatlah, Akulah Tuhan Juruselamatmu" atau "Aku adalah jalan kebenaran dan hidup". Pasti banyak orang yang akan bertobat, bahkan di Jakarta pun apabila hal tersebut terjadi pasti banyak yang akan bertobat. Tetapi mengapa Tuhan tidak melakukan hal tersebut? Pendeta mengatakan bahwa Tuhan tidak melakukan hal tersebut karena kita adalah saksi-saksi Allah. Tuhan ingin kita yang menjadi saksi tentang Tuhan kepada sesama (dia mengutip Yesaya 44:8). Mengapa kita perlu memberitakan tentang Tuhan? Karena tidak ada Allah lain selain Allah kita. Dia mengutip Yesaya 44:6 dan 45:6. Jika kita sebagai umat-Nya tidak mau dipakainya, Tuhan bisa memakai orang kafir, sama seperti Allah memakai Koresy.

2. Hidup dalam masalah. Pendeta bercerita bahwa dia bukanlah orang yang hebat, dia hanya lulusan SMP, dulu juga dia hanyalah seorang pedagang kue, namun sekarang dia telah menjadi pedagang kapal dan juga Hamba Tuhan. Semua itu hanyalah karena iman. Satu cerita yang membuat saya terharu adalah ketika seorang temannya datang ke rumahnya pada tahun 1996. Temannya memberikan uang jajan kepada anaknya sebesar Rp. 20.000. Uang yang oleh temannya hanya dianggap sebagai uang jajan anak-anak tetapi baginya uang tersebut dipakainya untuk makan sampai satu minggu. Dia bercerita itu begitu sedihnya sampai saya juga sedikit terbawa keterharuan tersebut. Baginya orang Kristen harus percaya pada kuasa Allah yang besar. Masa Tuhan yang menciptakan bulan dan matahari tidak bisa melepaskan kita dari masalah kita. Pasti bisa. Memang hal tersebut apabila tanpa iman akan kedengaran seperti dongeng, tapi dengan iman hal tersebut adalah hal yang nyata. Masalah besar menghimpit? Datanglah kepada Tuhan. Tuhan mampu meratakan gunung-gunung, memecahkan pintu-pintu tembaga dan mematahkan palang besi. Andalkan lah Tuhan.

Khotbah ditutup dengan doa. Selesai khotbah dilanjutkan dengan Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudusnya menggunakan anggur yang telah dimasukkan ke dalam plastik seperti plastik agar-agar, jadi agar setelah dipakai langsung dapat dibuang plastiknya. Yang menarik perhatian saya adalah pemimpin Perjamuan Kudusnya. Yang memimpin Perjamuan Kudusnya masih muda, saya tidak tahu apakah dia seorang pendeta atau bukan. Saya tidak punya kesempatan untuk bertanya. Yang jelas dia bukan gembala sidang di tempat itu. Seandainya dia bukan pendeta, maka menarik sekali, ada gereja yang Perjamuan Kudusnya dipimpin bukan oleh seorang pendeta. Padahal ada gereja yang tidak mengijinkan Perjamuan Kudus dipimpin bahkan oleh pendeta lain, harus gembala sidangnya. Sungguh menarik.

Selesai Perjamuan Kudus, kebaktian dilanjutkan dengan persembahan kedua. Namun ada yang berbeda, di persembahan pertama umat memberikan persembahan sambil menyanyi. Pada persembahan kedua, umat tidak memberikan persembahan sambil bernyanyi melainkan sambil mendengarkan pengumuman sehingga pada saat persembahan ada yang mendengarkan pengumuman namun ada juga yang mengobrol. Selesai persembahan, umat diajak untuk berdiri untuk menutup ibadah dan menerima berkat Tuhan.

Selesai menerima berkat, umat keluar dari gereja namun tidak ada pendeta yang menjaga di depan pintu sambil menyalami umat seperti yang biasanya saya alami. Ketika saya keluar dari gereja, saya terkagum-kagum melihat apa yang saya lihat. Di depan pintu gereja banyak umat yang sedang mengantri untuk mengikuti kebaktian selanjutnya. Pemandangan yang jarang saya lihat, mengantri untuk masuk gereja. Sebegitu menariknya kah gereja ini? Ingin tahu? Silahkan saja datang dan alami sendiri di GBI REM Mall Citraland.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS